Kamis, 25 Juli 2019

Kopikan Museum, Kopikan Indonesia

foto: kumparan.com


Bangun pagi, bagi sebagian orang adalah ujian terberat dalam hidup. Bukan tanpa sebab, tidur sepuasnya hingga matahari meninggi adalah kebahagian yang tak bisa diganti dengan apa pun.

Dan ya, saya baru saja melewati ujian itu Selasa (23/7/2019). Lebih parah lagi karena waktu tidur tidak lebih dari tiga jam. Ketika banyak orang memilih tidur lebih cepat ketika mengetahui ada sebuah kewajiban yang harus dijalani esok paginya, saya justru memilih tidur lewat tengah malam. Sudah termasuk pagi bahkan.

Sejatinya saya sudah berencana untuk tidur lebih cepat dari biasanya karena harus datang pagi hari untuk mengikuti sebuah acara. Tapi pengaruh kopi di malam harinya membuat saya terjaga hingga subuh. Padahal itu cum kopi biasa, sachetan, diaduknya pun langsung dengan bungkusnya.

Tapi ya, itu tetap kopi kan namanya? Ya walaupun bagi mereka yang mendaku diri sebagai penggila kopi itu bukanlah kopi sesungguhnya, bagi saya itu kopi tetaplah kopi, kenapa harus diributin sih? Elah, ngelunjak.

ohgreat.id


Singkat cerita, saya sampai di tempat acara di bilangan Kota Tua Jakarta untuk menjadi saksi sejarah bagaimana daya magis kopi bersatu dengan nilai-nilai sejarah yang ada di Museum Sejarah Jakarta.

Jujur saja, ini acara Kopi pertama yang saya datangi. Siapa sangka jika pengalaman pertama ini justru berlangsung di museum. Sebuah perpaduan yang luar biasa bukan?

Kopi yang dalam lima tahun terakhir menjadi gaya hidup baru di kalangan anak muda kembali mendapat panggung utama di acara kali ini. Tidak tanggung-tanggung, Masyrakat Kopi Indonesia (MKI) menggandeng Dinas Pariwisata Jakarta untuk mengadakan acara bertajuk Kopikan Museum.

Ini menjadi cara baru MKI untuk terus mempopulerkan kopi Indonesia ke masyarakat yang lebih luas. Bagi saya pribadi, memperkenalkan kopi di museum adalah perpaduan yang pas dan saling menguntungkan. Betapa tidak, ketika masyarakat ibu kota, terutama anak muda, makin banyak yang berbondong-bondong ke coffee shop untuk menikmati segala jenis kopi, disaat yang bersamaan makin sedikit pula orang yang datang ke museum.

Sebagai orang yang suka ngopi tapi enggak paham-paham banget soal kopi, banyak hal yang baru saya ketahui setelah mengikuti acara di Museum Sejarah Jakarta kemarin. Di antaranya adalah fakta bahwa kandungan dan manfaat kopi akan berkurang jika ditambahkan dengan gula, kopi pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke-18, kopi Robusta lebih enak dari Arabica, dan yang paling penting dari semua itu adalah, secangkir kopi bisa membuat sperma berlari-larian mencari mangsa.

Kopi, bisa dikatakan hidangan bermanfaat yang paling simpel. Bayangkan saja, setiap akan melakukan aktivitas, kita – seenggaknya saya – selalu membutuhkan kopi. Percaya atau tidak, dengan kopi pikiran bisa menjadi tenang, dan percaya atau tidak juga, kopi bisa menunda lapar terutama di akhir bulan.

Sihir kopi ini kemudian memunculkan satu narasi sederhana tapi bermakna dari Ketua MKI, Edy Panggabean. “Jika kamu tidak tahu harus memulai dari mana, mulailah dari secangkir kopi,”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar