foto: kumparan.com |
Bangun pagi, bagi sebagian orang adalah ujian terberat dalam hidup. Bukan tanpa sebab, tidur sepuasnya hingga matahari meninggi adalah kebahagian yang tak bisa diganti dengan apa pun.
Dan ya, saya baru saja melewati ujian itu Selasa
(23/7/2019). Lebih parah lagi karena waktu tidur tidak lebih dari tiga jam.
Ketika banyak orang memilih tidur lebih cepat ketika mengetahui ada sebuah
kewajiban yang harus dijalani esok paginya, saya justru memilih tidur lewat
tengah malam. Sudah termasuk pagi bahkan.
Sejatinya saya sudah berencana untuk tidur lebih cepat dari
biasanya karena harus datang pagi hari untuk mengikuti sebuah acara. Tapi
pengaruh kopi di malam harinya membuat saya terjaga hingga subuh. Padahal itu cum kopi biasa, sachetan, diaduknya pun langsung dengan bungkusnya.
Tapi ya, itu tetap kopi kan namanya? Ya walaupun
bagi mereka yang mendaku diri sebagai penggila kopi itu bukanlah kopi
sesungguhnya, bagi saya itu kopi tetaplah kopi, kenapa harus diributin sih? Elah, ngelunjak.
ohgreat.id |
Singkat cerita, saya sampai di tempat acara di bilangan Kota
Tua Jakarta untuk menjadi saksi
sejarah bagaimana daya magis kopi bersatu dengan nilai-nilai sejarah yang ada
di Museum Sejarah Jakarta.
Jujur saja, ini acara Kopi pertama yang saya datangi. Siapa
sangka jika pengalaman pertama ini justru berlangsung di museum. Sebuah
perpaduan yang luar biasa bukan?
Kopi yang dalam lima tahun terakhir menjadi gaya hidup baru
di kalangan anak muda kembali mendapat panggung utama di acara kali ini. Tidak
tanggung-tanggung, Masyrakat Kopi Indonesia (MKI) menggandeng Dinas Pariwisata
Jakarta untuk mengadakan acara bertajuk Kopikan Museum.
Ini menjadi cara baru MKI untuk terus mempopulerkan kopi
Indonesia ke masyarakat yang lebih luas. Bagi saya pribadi, memperkenalkan kopi
di museum adalah perpaduan yang pas dan saling menguntungkan. Betapa tidak, ketika
masyarakat ibu kota, terutama anak muda, makin banyak yang berbondong-bondong
ke coffee shop untuk menikmati segala jenis kopi, disaat yang bersamaan makin
sedikit pula orang yang datang ke museum.
Sebagai orang yang suka ngopi tapi enggak paham-paham banget
soal kopi, banyak hal yang baru saya ketahui setelah mengikuti acara di Museum
Sejarah Jakarta kemarin. Di antaranya adalah fakta bahwa kandungan dan manfaat
kopi akan berkurang jika ditambahkan dengan gula, kopi pertama kali masuk ke
Indonesia pada abad ke-18, kopi Robusta lebih enak dari Arabica, dan yang
paling penting dari semua itu adalah, secangkir kopi bisa membuat sperma
berlari-larian mencari mangsa.
Kopi, bisa dikatakan hidangan
bermanfaat yang paling simpel. Bayangkan saja, setiap akan melakukan aktivitas,
kita – seenggaknya saya – selalu membutuhkan kopi. Percaya atau tidak,
dengan kopi pikiran bisa menjadi tenang, dan percaya atau tidak juga, kopi bisa
menunda lapar terutama di akhir bulan.
Sihir kopi ini kemudian
memunculkan satu narasi sederhana tapi bermakna dari Ketua MKI, Edy Panggabean.
“Jika kamu tidak tahu harus memulai dari mana, mulailah dari secangkir kopi,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar