“Yang patah tumbuh, yang hilang
berganti,” pertanyaan yang kini muncul adalah; siapa yang bisa mengisi
kehilangan itu? Siapa yang mampu menggantikan Banda Neira? Ya, si empunya lagu
mengumumkan bahwa mereka resmi membubarkan diri dari belantika musik (indie)
tanah air.
Bang Yos (bukan Sutiyoso)
mengagetkan saya pagi kemarin ketika membagi tautan berita bahwa Banda Neira
bubar. Tak lama, dalam sebuah percakapan di W-Buy, Benaaa menyeringai pilu
mengatakan hal yang sama. Lewat huruf yang dirunut sebesar gaban, hatinya
hancur mendengar band yang dihuni dua orang ini bubar. Sementara Andhikamppp?
Tahu apa dia tentang Banda Neira!
sumber: dibandaneira.tumblr.com |
Saya? Tentu juga kaget dengan
keputusan itu. Tapi, sebelum kabar tersebut mengudara di linimasa, saya sedikit
banyaknya mengetahui rencana tersebut beberapa bulan yang lalu. Dalam sebuah
wawancara di Jogja, yang kemudian tersebar di Youtube dan saya saksikan, mereka
memang sudah memikirkan wacana itu. tapi tentu saja bukan bubar, melainkan vacum sementara.
Keputusan tersebut diambil tidak
lama setelah mereka merampungkan album kedua. Apa mau dikata, itu memang sudah
menjadi kesepakatan bersama. Rara terbang ke Eropa untuk melanjutkan S2,
sedangkan Ananda kembali ke Jakarta untuk bekerja seperti sedia kala.
Banda Neira, yang katanya sebuah
proyek iseng telah menjelma menjadi parameter selera musik kita. Hanya dengan
dawai gitar, mereka menghipnotis kita yang pada awalnya menerka “lagu siapa sih
ini?,” mereka yang awalnya hanya menjadikan Banda Neira sebagai kegiatan paruh
waktu nyatanya sudah membuat kita setia mendengar karyanya sepanjang waktu.
Lagu-lagu yang mereka tulis juga
bukan main syahdunya. Sekalipun tema dari lagu yang mereka cipta cukup
sederhana, tapi tiap kata yang mereka tulis tak jarang, tak pernah terpikir
oleh kita sebelumnya. Siapa yang tak larut kala medengar Sampai Jadi Debu,
Pelukis Langit, Matahari Pagi, juga lagu lainnya. Sebuah rangkaian kata
sederhana dalam setiap lirik yang mempunyai makna begitu dalam bagi siapa saja
yang mendengar.
Sepasang anak muda yang bisa
jadi lebih muda dari saya sudah berhasil menghipnotis umat manusia, bukan
hanya karena lagunya, bukan juga karena keduanya, tapi juga karena bubarnya
mereka yang meninggalkan derai air mata pendengarnya.
Tidak ada yang menyangka jika
keduanya sepakat berhenti berkarya mengingat umur Banda Neira sendiri masih
sangat belia. Juga dengan karya mereka yang masih sangat kuat di telinga, membuat
berhentinya mereka terasa tabu untuk kita terima.
Mengenal Banda Neira dan
menyesali bubarnya mereka, sudah sepantasnya kita harus mengetahui siapa
sebenarnya kedua pemusik ini. Siapa yang menyangka, di balik keteduhan lirik
yang dicipta, keduanya sangat aktif dibeberapa kegiatan di luar musik. Ananda
Badudu, ia bahkan sempat aktif di organisasi kemahasiswaan yang dicap radikal
dan ke-kiri-an oleh karena militansinya dalam menyuarakan kebenaran lewat
tulisan-tulisannya yang tajam. Dalam kesendirian, ia lebih menikmati jiwanya
dirasuki pemikiran Marxisme dan Marheinisme.
Setali tiga uang, Rara Sekar,
yang berasal dari kampus yang sama, juga bergabung dengan Ananda di bawah payung
organisasi yang sama pula. Sudah barang tentu, masuknya Rara ke Media
Parahyangan (MP) atas dorongan Ananda yang memang kakak kelasnya, juga ketua MP
ketika itu. Selain itu, Rara juga sempat pindah ke Bali, namun tetap menjaga
komunikasi dengan Ananda dan tetap berkarya bersama meski berada di pulau yang
berbeda. Ke-aktivis-an Rara semakin kental saat ia bergabung dengan komunitas
Taman 65 yang vokal menyuarakan keadilan tentang korban 65 yang tak pernah
terselesaikan.
Siapa pula yang menyangka jika
mereka sejatinya adalah seorang jurnalis, pewarta yang saban hari
berlalu-lalang mencari berita. Ke-radikal-an Ananda sendiri berhasil ditampung
harian Tempo yang kredibel. Sementara keberanian Rara telah mendapuknya menjadi
bagian dari Kontras dan LSM pencarian orang hilang selama orde baru, bentukan
almarhum Munir.
Perhatian keduanya terhadap
mereka yang tak pernah pulang terpancar jelas ketika Banda Neira memusikalisasi
karya-karya para pendahulunya. Seperti lagu “Mawar” yang menjadi pilar
kerinduan Wiji Thukul pada Sipon (istrinya) di masa pelarian. Atau lagu “Tini
dan Yanti” yang mengekspresikan kecintaan Ida Bagus Santosa pada istrinya
(Tini) dan calon anak mereka (Yanti) yang ditulis lirih di tembok jeruji.
Pemikiran-pemikiran yang sama, tergabung
dalam berbagai organisasi yang sering dibilang “kiri” dan radikal semakin
meyatukan sesamanya dalam menciptakan sebuah kata dan menjadi harmonisasi yang
indah dalam setiap nada yang dilantunkan.
Saya sendiri hanyalah anak baru
yang tidak banyak tahu tentang band indie tanah air. Termasuk Banda Neira, yang
baru beberapa bulan ini saya ketahui dan langsung mengagumi. Jujur saja, sosok
Rara Sekar dengan rambut nge-boob yang disempurnakan kacamata yang melingkar di
matanya lah yang mengawali rasa penasaran saya pada karya mereka berdua.
Kesedihan memang tak bisa
dihindarkan. Kecintaan saya pada Banda Neira yang baru beberapa bulan terpaksa
berujung lara ketika Ananda Badudu dan Rara Sekar memutuskan berpisah. Dan
tatkala nama Banda Neira sudah menjadi debu, biarlah kita menyimpannya dalam
satu ruang yang berada tepat di bawah matahari pagi agar si pelukis langit
tetap mewarnai ketiadaan Banda Neira. Dan kita, para pendengar setia, sudah
sepantasnya selalu di sebelah mereka, sebagai kawan.
sedih juga dengar Banda Neira bubar. tapi semoga mereka bisa kembali membuat karya yang sudah dicintai oleh penikmat musik.
BalasHapusSayang banget ya bubar..
BalasHapusSemoga macam mocca ya.. Yang sempat bubar tapi kembali lagi. Pasti bakal banyak yg rindu
Amiiin
HapusOke langsung cari diyoutube siapa Banda Neira.
BalasHapusAda di Sound Cloud ga, mas..?
BalasHapus*aku penasaran..
Dari cerita di atas..rasanya lagunya bikin baper.
Beda sama lagu jaman sekarang yang menye-menye.
Ada mba. Tapi aku Lupa SoundCloud ya apaan. Hahahah
HapusDi yutub aja mba nyarinya. Hehe
Aku beberapa kali dengar nama Banda Neira,tapi belum pernah denger lagunya. Baca sedikit latar belakangnya di sini jadi agak penasaran..
BalasHapusdiubek aja youtubenya mba haha
HapusSaya baru tau Banda Neira dari tulisan Kak Wanda. Sepertinya karya mereka lebih berkualitas dari grup-grup kebanyakan, yang hanya menyuarakan soal jatuh hati dan sejenisnya.
BalasHapusJadi penasaran...cari di YouTube ah....
Heheh semoga nggak mengecewakan hasil pencariannya :))
Hapusheh!
BalasHapusBUKAN DI EROPA!
SOK TAU! HIH!
fans karbitan. pret.
Oh ke new Zealand Kali ya? Nyusul bebebnya?
HapusYa maap si :((
Sedih sih begitu tau mereka bubar, karena sebenarnya aku pengen liat mereka konser bawain lagu2 di album kedua mereka, setelah rara balik :((
BalasHapusApalagi banda neira masih bisa berkembang lebih jauh lagi
Kenapa band2 bagus malah bubar ???? kenapa ?????
BalasHapusNgasih kesempatan band jelek biar Jadi bagus
BalasHapus#uopppooooooo