Medio 2004
hingga 2014 kita dipimpin oleh seorang militer untuk pertama kali pasca
reformasi. Membawa semangat baru bagi rakyat juga kaum muda bertalenta di
partainya. Sebagai partai baru yang tak memiliki massa dan sudah pasti kalah
dengan partai lama yang silih berganti menguasai negara, tentu terpilihnya ia
menjadi presiden menjadi cerita lain yang pada akhirnya memimpin negara 10
tahun lamanya.
Susilo
Bambang Yudhoyono, atau kondang disapa SBY kembali mencuri perhatian. Sempat
hilang untuk beberapa saat pasca bergantinya pucuk kepemimpinan, ia kembali ke
panggung hiburan politik. Tentu agak memaksakan jika
kemunculannya kembali dianggap sebagai manuver politik untuk merongrong
penguasa. Sebagai melankolic sejati, ia rela turun bukit sebagai seorang ayah.
Bukan jenderal, apalagi mantan presiden.
Ke-peka-an seorang ayah pula yang membawa
Agus, yang kemudian beken dengan gelar AHY ikut pertarungan alot demi kursi
gubernur DKI. Betapa cintanya SBY pada Agus, yang belum tiba saatnya sudah
dibebankan menjadi DKI 1. Ia tahu
betul apa yang terbaik buat kemajuan anaknya, juga ibukota Negara. Karena jika
tidak, sudah pasti SBY akan memilih Ibas yang…………………….silakan kalian isi
sendiri
Mari kita
lupakan soal Agus, terlebih lagi tentang Ibas. Saya tidak ingin membahas
keluarga Cikeas (kuningan) ini, saya hanya ingin konsentrasi pada SBY yang
fenomenal. Fenomenal karena mampu memimpin negara 2 periode lamanya. Meski
masih banyak yang mencibir SBY hingga kini, saya rasa ia tetap harus kita
maafkan. Jika bukan kita, siapa lagi. Jika bukan
sekarang, kapan lagi.
Tentu bukan masa bakti 10 tahun yang penuh
intrik dan kejanggalan yang harus kita maafkan, melainkan cuitan SBY belakangan
ini yang wajib kita maafkan dengan hati riang penuh sukacita. Selayaknya sepak
bola, (dalam hal ini) Twitter juga telah memanusiakan manusia dari hal paling dasar.
sumber: bandung.bisnis.com |
Aktifnya SBY di Twitter memang sudah lama
dilakukan. Satu jam pertama ia muncul di Twitter saja, sejutaan orang sudah
tersusun rapi di beranda follower SBY baik yang ingin berinteraksi langsung
atau hanya demi nafsu menghujatnya tersalurkan. Maklum saja, ketika itu blio
sedang menjabat kepala Negara.
Lambat laun, seiring habisnya masa jabatan
SBY sebagai presiden dan maraknya berita-berita Pilkada di lini masa yang
menimbulkan berjuta tafsir juga gelak tawa yang – katanya – mengancam kerukunan
Indonesia .
Melihat gelagat tidak baik ini, SBY dengan cekatan meredam
amarah kita sebagai warga Jakarta dengan memohon pada
Allah, Tuhan YME agar bangsa ini jauh dari kata hoax dan adu domba. Kita yang
sebelumnya sering naik pitam kala membuka lini masa berubah sumringah dengan
curahan SBY yang sangat humanis.
Demi kerukunan bangsa pula SBY merasa perlu
dan wajib pindah rumah. Cikeas tampaknya sudah terlalu sempit baginya, juga
bagi bu Ani yang sepertinya menganggap Cikeas sudah tidak ootd-able untuk memenuhi kewajibannya sebagai selebgram hingga harus pindah ke pusat Jakarta .
Kuningan
menjadi destinasi baru SBY sekeluarga. Sebuah tempat di mana hampir sepertiga
warga Jabodetabek mengadu nasib dan peruntungan, tak peduli seberapa macet ruas
jalan, seberapa keras mereka berusaha. Perjuangan ini pula yang tampaknya menjadi
pertimbangan SBY untuk sekali lagi bertarung di kerasnya ibukota demi putra
mahkota duduk di balai kota.
Tak lama
setelah ia pindah, sang Bapak kembali murka. Dengan cara yang melankolic tentu
saja. Tak tahan dengan amuk oknum segelintir orang yang memenuhi kediaman
barunya, SBY mengadu sebagai warga biasa. Mempertanyakan
hak-hak hidupnya sebagai anak bangsa pada Presiden dan Kapolri di…Twitter
dan…..no mention. Entah saya yang
kelewat sentimen atau sebaliknya, yang pasti apa yang dilakukan presiden ke 6
ini benar-benar mencerimnkan suatu fakta, bahwa dihadapan Twitter, kedudukan
manusia sama.
sumber: twitter.com |
Lewat cuitan berantainya tiga minggu belakangan,
sudah semestinya kita menempatkan diri di posisi SBY yang hanya orang biasa
yang memiliki rasa takut akan keselamatannya. Seperti yang kita tahu
sebelumnya, selama menjadi presiden saja, ia selalu dirundung ketakutan akan
menjadi target terorisme yang membuat foto dirinya penuh lubang dan takut pada
urusan dapur yang tidak bisa ngebul kala menyadari gajinya yang tak kunjung
naik.
Maka dari
itu mari kita memaafkan SBY sebagai sesama rakyat jelata yang hanya bisa
nyinyir pada penguasa di media sosial. Dengan sisa-sisa kekuatan politik yang
ia punya, SBY lebih memilih jalan kekinian dalam mempertanyakan
ketidaknyamanan. Meninggalkan atribut partai kala menanggapi beberapa kabar tak
sedap yang menyasar dirinya dan keluarga. Lewat kebesaran hatinya pula kita tidak perlu menunggu serial hadirnya
Panitia Khusus (pansus) yang kerap dibentuk SBY saat masih menjadi presiden.
Belakangan
ini, orang Indonesia telah hancur martabatnya di media sosial
hanya karena beda pilihan. SBY, dengan segala
keringkihan hatinya mengembalikan kita ke masa di mana media sosial hanya untuk
bersenang-senang dan baper-baperan. Lewat cuitannya, kita kembali bisa tersenyum setelah sebelumnya
dinaungi amarah. Lewat cuitannya, kita bisa tertawa lepas dan menghibur diri
setelah sebelumnya nyaman untuk membenci dan menyakiti.
Untuk itu, sudah selayaknya kita memahami
dan memaafkan cuitan SBY dan biarkan ia hidup tenang di Kuningan sebelum nanti
kembali ke Cikeas pasca pilkada di Jakarta.
Betul..maafkan sajalah..Biasanya semakin berumur, orang makin baper #eh 😂
BalasHapusSalam kenal,
Tatat
Hahah emang harus kita maafkan dan maklumi biar si bapak makin Jadi. Laaaah
HapusSalam kenal juga mba tatat yg lagi di jerman :D
Manusiawi.... Itu kata yg cocok menghadapi masalah ini...
BalasHapusManusiawi.... Itu kata yg cocok menghadapi masalah ini...
BalasHapusCukup menjadi hiburan di dunia pertwitteran memang Pak SBY ini 😂
BalasHapusSalam.
Andro
Betul bli. Biar kita nggak bosen2 amat di medsos hahah
HapusOkelah,,kita sehati untuk hal ini,,he he salam kenal,,
BalasHapusCieeee sehati :)))
HapusSalam kenal juga, mba
Selalu respek dengan kisah presiden dan semua kontroversinya, termasuk bapak sendu kita yang satu ini. Tetep jadi salah satu presiden idola lah, khususon dalam cuitannya.
BalasHapusSalam kenal ;)
😆 mau gimana lagi, maafkan..kita doakan yg terbaik utk blio.😄
BalasHapusSemoga Allah SWT memberikan kesehatan kepada pak SBY dan Rakyat Indonesia.
BalasHapusJika kata maaf berguna, buat apa ada puisi...
BalasHapusBuat apa berpuisi Kalo bisa bikin lagu. *Bikin kaos
HapusSBY sekarang baperan, tapi biarin aja dah. Bisa jadi bahan lelucon. Hehe
BalasHapusCuma itu yang bisa kita harapkan dari blio
HapusSBY setelah merasakan nikmatnya Twitter langsung curcol seperti anak remaja..haha
BalasHapus