Kompetisi liga-liga top Eropa sudah
mencapai kata “gencatan senjata” pekan lalu. Tidak ada lagi peluh keringat yang
di perjuangkan setiap pemain untuk meraih kemenangan, tidak ada pula
hiruk-pikuk yang terjadi di setiap stadion-stadion megah di Eropa tiap minggunya.
Di Indonesia sendiri, mungkin akan terjadi
penurunan omzet yang di alami café-café atau tempat-tempat yang biasa
mengadakan kegiatan nobar karena tidak akan ada lagi kegiatan nobar selama
kurang lebih 3 bulan kedepan.
Seperti yang kita ketahui, café, atau tempat tongkrongan lainnya yang biasa
mengadakan acara nobar selalu mendapat keuntungan yang sangat besar, baik dari
segi materil ataupun nonmateril, karena semakin banyaknya minat penggila bola
Indonesia yang ingin meramaikan acara nobar.
Seperti yang kita tahu bersama, Chelsea
sudah mengokohkan posisinya sebagai juara BPL dari awal musim, Bayern Muenchen
bahkan sudah mengklaim gelar juara Bundesliga saat kompetisi masih menyisakan 6
pertandingan lagi, Juventus semakin menenggelamkan lawan-lawannya di Serie A
dengan meraih Scudetto 4 kali beruntun, Barcelona memutus harapan Real Madrid
meraih gelar La Liga musim ini, PSG pun berhasil mencuri kesempatan pada laga
pamungkas dengan menyalip Marseille di puncak klasemen League 1, PSV Eindhoven
yang mengakhiri kedigdayaan Ajax Amsterdam selama 3 tahun dengan menjadi
kampiun Eredivisie musim ini, dan semua kompetisi besar di ranah Eropa pun
sudah mendapatkan jatah juaranya masing-masing.
Kompetisi Eropa sendiri sudah mencapai
puncaknya pada sabtu lalu, ketika Barcelona berhasil mengandaskan raja Italia,
Juventus dengan skor 3-1. Dengan hasil ini, El
Barca semakin menegaskan kejayaannya, yang mengakhiri musim ini dengan
raihan trible winner.
Berakhirnya kompetisi-kompetisi di Eropa
sendiri bisa memiliki dampak negatif bagi para fakir cinta alias jomblo di Indonesia, dan mau tidak mau,
suka tidak suka, mereka harus menerima kenyataan kalau mereka akan menjadi jomblo seutuhnya. Kenapa saya mengatakan
ini? karena selama setahun kebelakang atau selama musim liga bergulir, mereka
selalu menafikan status mereka dengan dalih “gue gak pernah ngerasa jomblo, kan
tiap malam minggu nobar mulu rame-rame”. Pasti teman-teman atau temannya
teman-teman merasakan hal ini. lalu apa yang akan terjadi dengan orang-orang
ini tanpa adanya liga tiap akhir pekan?!!!
Sepak bola, khususnya liga-liga Eropa
memang menjadi candu yang tidak ada obatnya bagi kaum “miskin” cinta ini. tanpa
pasangan, mereka bebas menghabiskan waktunya di arena-arena nobar yang tersedia
seolah mereka tidak menyadari kekosongan yang ada di hati mereka, terlebih jika
tim kesayangan bisa memenangi pertandingan. Tapi, jika tim kesayangannya kalah,
maka mereka kembali “membumi” ( bukan “PRIBUMI”, yaa ).
Bahkan bagi yang memiliki pasangan sekalipun,
sepak bola dikenal sangat ampuh dijadikan pelarian ketika dalam suatu hubungan
terjadi pertengkaran. Kita bisa melampiaskan amarah yang ditimbulkan pasangan
kita ke pertandingan bola, ataupun mereka akan lupa jika sedang bertengkar
dengan sang kekasih jika club pujaannya meraih kemenangan.
Sepak bola nyatanya tidak hanya menjadi
tontonan atau mungkin tuntunan buat kita para penggemarnya, kepentingan sepak
bola jauh melebihi itu, karena, secara tidak sadar, sepak bola bisa menjadi
pelarian dari suatu kenyataan para fakir cinta yang merajalela di seantero
nusantara. Kesedihan mereka selalu terobati setiap minggunya dengan keindahan-keindahan
yang selalu disajikan dari lapangan hijau yang rutin di pertontonkan tiap
minggunya.
Selain sepak bola itu sendiri, acara Nonton
Bareng ( nobar ) yang biasa diadakan setiap Fanbase juga menjadi daya tarik
tersendiri bagi para jomblo-jomblo ini. acara-acara nobar sering dijadikan
sebagai ajang mereka untuk mencari jodoh, tidak heran mereka akan mempertampan
atau mempercantik dirinya untuk menarik perhatian lawan jenis.
Pernah satu malam, ketika saya ingin nobar
pertandingan antara Liverpool vs Manchester United bersama beberapa teman di daerah
sektor 9 Bintaro, salah satu teman yang kebetulan bukan fans Liverpool, apalagi
fans United juga ikut serta dalam rombongan, ketika kebanyakan dari kami
memakai jersey Liverpool dan United, maka dengan pede nya dia memakai pakaian yang teramat rapi untuk
ukuran orang-orang yang hendak pergi nobar. Ketika ditanya mengapa dia memakai
baju seperti itu, dengan singkat dia jawab “ya kali aja ada cewek cakep yang
nyantol sama gua”. Celakanya, cara tersebut terbukti ampuh di terapkan oleh
teman saya tersebut.
Dari contoh diatas, sebagai penggemar bola
layar kaca, kita tentu bisa menyimpulkan bagaimana dahsyatnya pertandingan
sepak bola dari waktu ke waktu yang mampu mempengaruhi jiwa emosional manusia,
bahkan berani melakukan hal diluar nalar karenanya, seperti yang sering terjadi
belakangan ini, saat dalam suatu hubungan, si pacar mampu mempengaruhi pasangannya
yang tadinya tidak suka bola menjadi ketagihan bola demi membahagiakan pujaan
hatinya, atau hal yang sangat ekstrim yang pernah terjadi, ketika fans
Manchester United bunuh diri di Kenya karena tidak kuat melihat keterpurukan
United di musim lalu.
Lantas, apa yang akan terjadi jika liga-liga
Eropa ini berakhir? Tentu menimbulkan dampak yang tak kalah dahsyat bagi
keberlangsungan hidup para jomblo-jomblo tanah air yang selama ini kemurungan
hatinya mampu ditutupi dengan gemerlapnya panggung sepak bola dunia.
Tidak ada lagi malam minggu bersama rekan
sejawat menikmati keindahan malam yang dibalut dengan aksi-aksi menawan yang
diperlihatkan para pesepak bola di arena nobar. Tidak ada pula kegembiraan yang
terpancar dari rupa mereka ketika matahari sabtu pagi menyapa semesta, yang
tersisa hanyalah wajah bermuram durja yang senantiasa berada dipojokan kamar
meratapi nasib sembari memanjatkan doa, agar tuhan dengan sukarela menurunkan
hujan saat malam tiba supaya orang-orang yang mempunyai pasangan merasakan apa
yang dirasakan mereka para jomblo ngenes ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar