Akhir dari sebuah
era. Rasa-rasanya kalimat ini memang tepat disematkan dalam tubuh tim nasional
Belanda yang gagal melaju ke putaran final Euro 2016 di Perancis. Melakoni laga
pamungkasnya tadi malam, Belanda dipermalukan oleh tamunya, Republik Ceko dengan
skor 2-3 di Amsterdam Arena. Hasil ini semakin mempertegas kegagalan anak asuh
Danny Blind yang sedari awal babak kualifikasi tidak menunjukkan performa yang
menjanjikan.
Gagal lolos ke piala
Eropa bukanlah pil pahit bagi Belanda, melainkan telah menjadi aib bagi negeri
kincir angin tersebut. bagaimana tidak, pada piala dunia 2014 lalu, Belanda mampu
menunjukkan jati dirinya sebagai tim besar. Marwah Total Football kembali menyeruak dibawah komando Louis Van Gaal
yang sepanjang turnamen menunjukkan performa impresif dan membawa anak asuhnya
hingga babak semifinal, sebelum dikalahkan Argentina lewat adu penalti.
Kegagalan De Oranje ini memang bukan yang pertama
kali, Belanda juga pernah gagal ke putaran final Euro 1984 yang lagi-lagi
bertempat di Perancis. Tapi tentu saja, ada yang berbeda antara kegagalan
Belanda tahun ini dengan tahun 1984, mengingat kiprah Belanda setahun lalu di
Brazil yang apik sama sekali tak berbekas selama babak kualifikasi berjalan.
Pergantian pelatih
dari Louis Van Gaal ke Guus Hiddink seharusnya tidak menjadi masalah serius,
karena Hiddink bukanlah orang baru di sepak bola Belanda. Sebagai pelatih
senior, Hiddink sudah banyak makan asam garam kesuksesan baik bersama negara
leluhurnya ataupun negara lain. Ia sempat membawa negeri kincir melaju ke
semifinal piala dunia 1998 di Perancis dengan mengorbitkan nama-nama tenar
seperti Denis Berkhamp, De Boer bersaudara, Patrick Kluivert, dan masih banyak
lagi. Namun catatan manis ini seakan tak terulang pada masa bakti keduanya bagi
negara.
Tidak berkembangnya
permainan Belanda memaksa Guus Hiddink turun dari jabatannya, tekanan dari
dalam dan luar lapangan membuatnya harus merelakan kursi pelatih jatuh ke
tangan asistennya, Danny Blind yang kemudian menjadi pelatih utama.
Beberapa waktu lalu,
sesaat setelah Guus Hiddink mengundurkan diri, saya sempat berbalas tweet
dengan akun @Oranje_Live yang mengumumkan pengunduran diri sang meneer, seketika, saya pun mengutarakan
pendapat, dengan mengajukan nama Ronald Koeman dan De Boer sebagai suksesor.
Akun yang berbasis di Amsterdam ini pun membalas mention saya sembari berujar bahwa Danny Blind yang akan mengambil
alih pelatih kepala, sedangkan Koeman dan De Boer dipersiapkan untuk masa
depan.
Blind yang juga
menjabat asisten pelatih di era Van Gaal nyatanya tak mampu menjawab keraguan
publik De Oranje. Dibawah
kepemimpinannya, Belanda malah tak beranjak dari keterpurukan. Negara yang
diatas kertas mudah untuk ditaklukkan seperti Islandia, Turki, Kazakhstan, dan Republik
Ceko malah mampu membalikkan keadaan, dari dua pertandingan melawan ketiga
negara tersebut, tak sekalipun Belanda meraih kemenangan. Bahkan melawan
Islandia dan Ceko, dua-duanya berakhir dengan kekalahan.
Mari lupakan
kegagalan seorang pelatih, karena itu memang sudah menjadi anomali tersendiri
dalam dunia sepak bola. Satu faktor utama yang menjadi lumbung masalah adalah
para pemain. Siapa yang selama ini mengenal nama-nama seperti Riedewald, Bruma,
Zoet, Tete, El Ghazi, Van Dijk, Vurnon Anita, Narsingh? Hampir semua fans Belanda
tidak ada yang mengenal pemain-pemain ini – kecuali mereka yang mengidolai Ajax
Amsterdam atau yang menonton Eredivisie – sebagai pendukung Belanda, saya pun
tak pernah mendengar nama mereka sebelumnya, wajah mereka pun belum sekalipun
terlihat di mata saya.
Skuad negara bunga
tulip ini tidak hanya di dominasi oleh pemain muda, tetapi juga disesaki oleh
pemain baru yang masih nir jam
terbang. Saya pun teringat dengan ucapan Coach Justin – yang seorang keturunan
Belanda – ia mengatakan bahwa “tim nasional Belanda kini diisi oleh
pemain-pemain yang engga jelas,
medioker, dan hanya mengandalkan pemain asal Ajax Amsterdam saja”. Anggapan ini
memang ada benarnya, karena mayoritas pemain Belanda saat ini berasal dari Ajax
Amsterdam, atau pernah bermain untuk De
Amsterdamers.
Belanda yang dari
dulu dikenal mahir dalam mencetak pemain besar, kini seperti stagnan dalam memproduksi pemain
bintang. Saat ini saja, yang rasa-rasanya pantas dianggap pemain bintang
hanyalah Memphis Depay dan Daley Blind, selebihnya, tak ada yang mampu
me-remaja-i lini tengah dan depan yang diisi Wesley Sneijder, Arjen Robben,
Robin Van Persie, dan Huntelaar yang semakin tua dimakan usia.
Satu lagi
permasalahan yang cukup penting di Belanda adalah ketiadaan penjaga gawang
handal sepeninggal Van Der Sar dan Marteen Stekelenburg, yang membuat gawang
Belanda dengan mudah dibobol lawan. Tim Krull yang bermain apik bersama
Newcastle United jarang mendapat kepercayaan, baik di era Van Gaal, Hiddink,
ataupun Blind. Para meneer ini lebih
senang memasang Jasper Cillessen sebagai tembok terakhir pertahanan yang
penampilannya inkonsisten.
Stok pemain tim
nasional negeri kincir angin – yang terkesan dipaksakan membela negara – Ini
berbanding terbalik dengan stok pelatih mudanya yang telah menuai sukses di
tingkat club. Ronald Koeman, Marco Van Basten, Ruud Gullit, Frank Rijkaard, Frank
De Boer, Philip Cocu, dan Geovanni Van Bronkhost kini berkamuflase dari pemain
hebat menjadi pelatih hebat. Cocu yang baru menjabat pelatih kepala PSV
Eindhoven musim lalu bahkan langsung mempersembahkan juara liga yang selama ini
dimenangkan oleh Ajax Amsterdam-nya De Boer. Belum lagi nama-nama beken lainnya seperti Kluivert dan Ruud
Van Nistelrooy yang kini berada dalam jajaran tim pelatih Belanda
Sepak bola Belanda,
yang terkenal dengan Total Football
nya, berpredikat sebagai juara tanpa piala, kini telah memasuki era barunya.
Sebuah era yang tak pernah diharapkan oleh siapapun. Era baru yang biasanya
diharapkan sebagai pertanda juara, kini malah menjadi bencana.
Bingung gue ntar Euro megang siapa =(
BalasHapusHup Holland Hup!!!
naaah iyaa...gak ada gregetnya euro ntar :((
Hapus#HupHollandHup