Sebagai
insan paling sempurna di muka bumi ini, kita manusia pasti pernah atau bahkan
sering merasakan jatuh cinta. Cinta yang kita rasakan tidak melulu antar sesama
umat manusia tapi terhadap sesuatu yang berbeda, misalnya cinta terhadap sebuah
club sepakbola. terdapat beberapa persamaan ketika kita mencintai seseorang dengan kita mencintai sepakbola.
Jika pada umumnya kita mencintai pasangan kita karena
kecantikan atau ketampanannya maka dalam sepakbola kita tentu mencintai club
tersebut karena keberhasilannya meraih banyak gelar. Atau ketika kita mencintai
pasangan kita akan kebaikan hati nya walaupun tak berparas rupawan maka kita
akan mencintai sebuah club bola karena keindahan permainan yang di pertontonkan
sekalipun club tersebut tidak memenagkan sebuah gelar.
Mungkin
ada juga yang mencintai seseorang hanya bermodalkan tampang rupawan tapi
memiliki hati yang buruk. Jika dalam sepakbola, orang seperti ini mungkin akan saya masukkan ke dalam kategori orang yang hanya mencintai club nya karena
gelar semata tanpa menyajikan permainan yang enak untuk di tonton.
Pertanyaannya adalah apakah ada club seperti ini? Tentu ada. Atau mungkin kita
hanya akan mencintai seseorang yang ingin yang kaya dan hanya akan
menghamburkan kekayaan pasangan kita, dalam sepakbola mungkin ini bisa kita
masukkan dalam kategori orang-orang yang hanya mencintai club nya karena
membeli pemain-pemain mahal dan selalu menuntut club nya untuk terus menang.
Tapi apa
jadinya ketika kita menganalogikan seorang yang hobi selingkuh? Sudah pasti
orang ini tiap musimnya akan mengganti club idola nya sesuai dengan club mana
yang mampu meraih titel juara. Namun, apa kabar dengan seorang playboy atau
playgirl? Dalam hal sepakbola, mereka adalah orang-orang yang mempunyai club
idola nya di setiap liga ternama di Eropa. Sehingga, jika salah satu club nya
ada yang gagal maka masih ada club di liga lainnya yang bisa meraih kesuksesan.
Nah, bagaimana dengan ini, ketika
kita mencintai seseorang hanya untuk melampiaskan hasrat seksual kita? Saya
tidak ingin menjawab ini. So,
silahkan kalian jawab versi kalian sendiri ya.
Cinta
adalah suatu keindahan hakiki yang berasal dari nurani setiap umat manusia.
Seperti, mencintai sesama manusia yang adalah suatu keindahan, pun dengan
mencintai sepakbola, walaupun sepakbola tidak melulu berbicara tentang
keindahan, sekalipun kita tidak pernah meragukan sebuah keindahan yang
ditimbulkan dari sepakbola. Bedanya, kita punya cukup banyak waktu menikmati
keindahan yang terpancar dari pasangan kita, tapi pada saat tertentu bisa saja keindahan itu menimbulkan
kejenuhan dalam diri, dalam sepakbola kita juga sering melihat keindahan itu,
tapi, sayangnya kita jarang bisa menikmati keindahan tersebut karena memang
terjadi satu kali, bahkan hanya berlangsung dalam waktu yang cukup singkat.
Namun, itulah yang membuat kita tidak akan pernah jenuh mencintai sepakbola,
sadar atau tidak, mau tidak mau, suka tidak suka, kita tentu tidak ingin
ketinggalan satu detik pun momen yang tercipta di lapangan sepakbola.
Cinta
pada seseorang juga tidak selamanya menceritakan kegembiraan, ada saatnya cinta
menimbulkan kekecewaan ketika di tinggal oleh orang yang kita cintai,
begitupula dengan sepakbola yang terkadang membuat kita meringis dalam tangis.
Semiris hati fans Manchester United ketika di tinggal Sir Alex Ferguson atau
sekencang tangisan Steven Gerrard ketika menginjakkan kakinya di Anfield untuk
terakhir kali.
Tidak
semua orang mencintai apa yang kita cintai, jangankan orang lain, bahkan
keluarga kita pun terkadang tidak sehati dengan pilihan hati kita. Itupun
terjadi dalam sepakbola. Setidaknya itulah yang terjadi di Liverpool ketika
dalam satu keluarga terdapat 2 perbedaan yang cukup mencolok di saat sang ayah
menjadi fans Everton tetapi sang anak terlahir sebagai pendukung Liverpool,
atau keindahan yang terjadi dalam keluarga bintang Juventus Claudio Marchisio
yang beristrikan seorang pemuja Torino, rival abadi Juventus.
Dua
contoh diatas dengan jelas mengajarkan kita tidak bisa memaksakan kehendak
kepada orang lain, kita juga tidak bisa memaksa orang lain mencintai apa yang
kita cintai. Tapi dengan apa yang kita cintai, kita bisa menyatukan setiap
perbedaan, permusuhan, bahkan kebencian sekalipun, karena kita hanya melihat
kebencian dengan mata telanjang, berbeda halnya dengan cinta yang bisa Nampak jelas terlihat walau hanya dari mata
hati setiap insan manusia yang terkadang sungkan di mengerti orang lain atau mungkin
diri sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar