Spanyol merupakan negara yang
terletak di Eropa barat yang berbatasan langsung dengan Portugal, Perancis, dan
Italia. Sebagai negara terbesar eropa keempat, Spanyol bisa dikatakan sebagai
sedikit dari negara Eropa yang meiliki banyak suku dan bahasa. Seperti Basque,
Catalonia, Andalusia. Bahkan di setiap daerahnya bahasa Spanyol diucapkan
dengan dialek yang berbeda-beda.
Hampir sama halnya dengan Spanyol,
Indonesia sebagai negara kepulauan juga memiliki beragam bahasa dan budaya.
Menasbihkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi nyata nya tidak membuat kaku
mulut orang-orang Indonesia yang bermukim di pelosok negeri untuk berbicara
dengan dialek yang berbeda-beda pula. Orang jawa belum tentu mengerti bahasa
Indonesia nya versi orang aceh walaupun sama-sama menggunakan bahasa Indonesia.
Tidak seluruh rakyat Spanyol bangga
akan negaranya, bahkan banyak pula daerah-daerah yang iri dan sinis terhadap
kota Madrid selaku ibukota negara. Penduduk Basque dan Catalan menuding Spanyol
terlalu mementingkan kota Madrid saja dan meng-anak-tiri-kan daerah lainnya
yang ada di Spanyol. Tak heran jika kedua daerah ini secara terang-terangan
menentang Spanyol dengan Madridnya, bahkan di Basque sudah lama terbentuk Euskadi
Ta Askatasuna ( ETA ) sebagai gerakan perlawanan untuk memerangi pemerintahan.
Lain Basque lain pula Catalan, Barcelona selaku tanah yang di tempati warga
Catalan memang tidak memiliki kelompok bersenjata seperti ETA, tapi soal
nasionalisme ke-daerah-an penduduk Catalan tidak kalah, bahkan saya berani
katakan penduduk Catalan lebih lantang bersuara tentang kemerdekaan Catalan.
Barcelona yang memiliki club sepakbola terbaik dunia FC Barcelona pun
“memanfaatkan” kegemilangan club Barcelona sebagai kampanye politiknya. Kita
tentu cukup sering melihat spanduk-spanduk anti Spanyol ketika Barcelona
bertanding, penduduk aslinya pun lebih senang bercampur bangga jika memakai
bahasa Catalonia di kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan timnas sepakbola
Catalan juga sempat terbentuk dan sudah melakoni satu pertandingan walaupun tak
resmi.
Jika di Spanyol terdapat dua daerah
yang ingin memerdekakan diri, maka di Indonesia, setidaknya, kita memiliki tiga
kelompok yang tersebar di tiga provinsi yang menuntut kemerdekaan. Dari ujung
timur Indonesia terdapat Operasi Papua Merdeka ( OPM ) dan Republik Maluku
Selatan ( RMS ). Tapi tentu yang menyita perhatian dunia Internasional dan
telah menghabiskan banyak waktu untuk berunding adalah Gerakan Aceh Merdeka (
GAM ) yang terletak di ujung barat Indonesia, yang pada akhirnya “keajaiban” Tsunami
lah yang mendamaikan Aceh dan pemerintah Indonesia. Sebagai daerah yang sangat
penduduknya menggilai sepakbola Aceh tidak memiliki Club sepakbola lokal yang
bisa di banggakan, sehingga orang Aceh tidak terlalu menggemari sepakbola dalam
negeri.
Kecintaan warga Aceh terhadap tim nasional pun baru muncul belakangan
ini saja, itupun karena munculnya putra-putra daerah yang mengharumkan nama
bangsa.
Kemunculan gerakan-gerakan bawah
tanah tersebut pun memiliki cerita yang sedikitnya sama, ETA dan perlawanan
rakyat Catalan muncul di Spanyol akibat kelamnya masa lalu pemerintahan
Jenderal Franco. Bahkan sang Jenderal terlalu jauh mencampuri urusan sepakbola
Spanyol ketika itu, pada masanya Jenderal Franco memaksa club-club seperti
Athletic Bilbao ( Basque ) dan Barcelona ( Catalan )mengganti lambang kebesaran
mereka sesuka hatinya. dan pada perjalanannya, tidak merata nya pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan di Spanyol lah yang “berperan besar” sebagai penyebab
eksistensinya gerakan-gerakan sayap kiri
tersebut .
Sementara di Indonesia juga tidak terlalu
berbeda, terlalu terpusatnya pembangunan di Jakarta dan sebagian pulau Jawa
menimbulkan kecemburuan dari daerah lain yang sebenarnya memiliki kekayaan yang
sangat amat melimpah seperti Aceh dan Papua, tapi pembangunan disana sangat
jauh tertinggal. Sudah sepuluh tahun GAM dan pemerintah Indonesia tapi tetap
saja tidak bisa menghilangkan rasa acuh
tak acuh warga Aceh terhadap Jakarta. Rakyat Aceh boleh jumawa akan
sumbangan besarnya terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia, mereka juga bisa
bangga menerima kenyataan bahwa emas yang bertengger di ujung monas juga bagian
sumbangan dari warga Aceh, Aceh juga patut bangga bahwa pesawat Garuda
Indonesia yang sekarang menjadi sponsor Club ternama Inggris, Liverpool,
mengawali penerbangannya melalui hasil sumbangan rakyat Aceh secara sukarela untuk
membantu bangsa Indonesia.
Untungnya tensi panas antara
pemerintah Indonesia dan GAM tidak merembet ke urusan sepak bola seperti yang
terjadi di Spanyol sana dengan Barcelona dan Athletic Bilbao nya. Mungkin hal
ini bisa terjadi karena sepak bola Aceh memang tidak mampu berbicara lebih
banyak di kancah Liga Indonesia. Mungkin juga dampak yang ditimbulkan jauh
lebih besar karena melihat kondisi keamanan di daerah Serambi Mekkah ini tidak
kondusif, yaitu, ogahnya pemain luar berkualitas bermain untuk club Aceh atas
pertimbangan keselamatan. Seiring perdamaian yang tercapai di bumi Aceh,
euphoria rakyat Aceh akan sepak bola daerahnya mulai bergeliat lagi dengan
munculnya club-club Aceh di pentas Indonesia Super League beberapa musim lalu
dan tentu terpilihnya bocah-bocah Aceh untuk mewakili Indonesia di ajang Danone
Cup U-12 di Perancis beberapa tahun lalu.
Lebih dari kebanggaan sebagai orang Aceh, kita
tidak perlu muluk-muluk menuntut merdeka. Merdeka tidak berarti rakyat Aceh
hidup sejahtera ( lihat saja Timor Leste ). Tapi wajib hukumnya untuk
pemerintah agar sadar dan melek dengan apa yang sudah di perbuat dan
diperjuangkan rakyat Aceh pada masa kemerdekaan dulu. Dan, sebagai putra asli
Aceh, saya bersyukur daerah paling barat Indonesia ini tidak jadi merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar