Kita mengenal Mesut Ozil, Ilkay Gundogan, Emre Can, dan
Mehmet Scholl sebagai punggawa tim nasional Jerman, tapi satu hal yang tidak
bisa kita pungkiri adalah, kenyataan bahwa mereka murni berdarah Turki. Atau si
kembar Hamid dan Halil Altintop yang lahir dan besar di Gelsenkirchen, Jerman (Halil
dan Hamid Altintop memilih membela Turki)
tentu ini bukan kali pertama orang Turki membela negara lain
di sebuah ajang internasional. Salah satu faktor yang mengakibatkan
berpalingnya mereka dari tanah airnya karena mereka tidak dilahirkan di Turki,
melainkan di negara lain yang bertetangga dengan Turki, seperti Jerman, Swiss,
Austria, dan beberapa negara Eropa Lainnya.
Jika kita membuka peta dunia, akan tampak jelas bahwa
sebagian besar wilayah Turki terletak di Benua Asia, bahkan ibukota negara,
Ankara, juga berada di dataran Asia. Namun, sebagian kecil negara Timur Tengah
ini berada di kawasan Eropa, seperti Istanbul yang menjadi kota terbesar di
Turki.
Di dunia sepak bola, Turki lebih memilih berada di bawah
naungan Uefa (federasi sepak bola Eropa) ketimbang mengabdi di Asia bersama
AFC-nya. Mereka memang tidak serta merta memilih Eropa untuk dijadikan home base nya, karena sejak dulu,
pendiri Turki, Mustafa Kemal Attaturk selalu mengidentikkan Turki sebagai
bangsa Eropa. Dan sebuah kebetulan pula jika dulu mereka memang sempat
menguasai sebagian wilayah Eropa. Jadi tak heran kiranya dengan apa yang mereka
lakukan sekarang.
Turki yang sejak dari awal keikut sertaanya sebagai anggota
FIFA tidak pernah mewakili Asia, ditambah orientasi ekonomi politik yang
mengidentifikasi dirinya sebagai orang Eropa semakin membuat negara sekuler ini
enggan beranjak dari teritori sepak bola nya. Keputusan ini pun membuat sepak
bola Turki jauh meninggalkan negara-negara tetangganya di Asia. Sempat menjadi
semi finalis di piala dunia 2002 Korea-Jepang, Arda Turan cs kembali
menggoreskan tinta emas saat menjadi semi finalis di Piala Eropa 2008.
Meski setelahnya capaian Turki di Piala Dunia dan Eropa merosot tajam, kompetisi Liga Turki semakin dikenal khalayak ramai. Membaiknya sarana penunjang seperti stadion, tempat latihan, dan keberanian klub untuk mendatangkan pemain bintang menjadi bukti bahwa sepak bola Turki tak hanya ingin menjadi tamu di kompetisi Eropa, mereka juga ingin bersaing menjadi yang terbaik.
sumber: goal.com |
Kini, kita tak hanya mengenal Galatasaray, Fenerbahce, Besiktas,
atau stadion Attaturk yang terkenal lewat keajaiban Liverpool pada 2005 lalu
saja, tapi juga kemunculan Trabzonspor, Bursaspor, dan tim lain yang mulai hilir
mudik di kompetisi Eropa.
keberanian masing-masing pemilik klub membayar mahal pemain
incaran juga ikut meningkatkan kualitas Süper
Lig Turki. Sebelum memasuki masa millenium baru, mungkin hanya Grame
Souness, nama tenar yang pernah merumput di Liga Turki kala membela
Galatasaray, yang kemudian membuatnya terkenal karena ulah beraninya yang membuat fans Fenerbahce murka.
Kini, Süper Lig
Turki lebih banyak dan beranimendatangkan pemain bintang seperti Didier Drogba
dan Lukas Podolski yang sempat bermain untuk Galatasaray, Wesley Sneijder yang
masih setia bersama The Aslan (julukan Galatasaray), atau nama lain yang
menjadi perhatian tentu saja Luis Nani dan Robin Van Persie yang sempat dan
masih membela panji Fenerbahce, serta Mario Gomez dan Ricardo Quaresma yang
didatangkan Besiktas.
Menariknya, bukan hanya tiga klub besar asal Istanbul
tersebut yang mampu mendatangkan nama-nama terkenal, klub semacam Trabzonspor dan
Antalyaspor pun mulai mencuri perhatian. Trabzonspor yang pernah mengenyam
arena Liga Champions beberapa musim lalu mendatangkan Marko Marin dan berhasil
memulangkan Halil Altintop ke negara leluhurnya. Satu nama yang kemudian mencuri
perhatian adalah Samuel Eto’o yang kembali merumput setelah tidak memiliki klub
pasca kontraknya habis di Everton. Alih-alih membela salah satu tim yang
disebut di atas, Eto’o justru menerima pinangan klub promosi, Antalyaspor, 2015
lalu, yang baru merasakan kompetisi tertinggi di negara yang tak masuk
persekutuan Uni Eropa tersebut.
Kedatangan para pemain jempolan berbanding lurus dengan
pamor Süper Lig yang semakin menjadi
bahan perbincangan. Animo penonton yang hadir ke stadion juga melonjak tajam menjadi
2.578.561 orang (tff.org) demi melihat pemain kesayangan lebih dekat karena
selama ini mereka hanya bisa menyaksikannya di televisi. Seperti yang kita
ketahui bersama, fans di Turki memang dikenal keras dalam mendukung tim
kesayangan dan tak ramah dengan klub pendatang.
Berbicara fans di sepak bola Turki, tidak lengkap rasanya
jika kita tidak membahas bagaimana mereka melakukan Intimidasi tiada henti pada
lawan yang datang,siapa pun lawan mereka. Ratusan flare yang “membakar” stadion dan gemuruh seporter dengan tingkat
kebisingan mencapai 131 desibel – hampir menyamai suara Jet tempur yang hendak lepas
landas – menjadi satu cerita tak terlupakan dari suporter yang bertandang ke
Turki .
Teror ultras Turki tak hanya lewat suara dan dentuman
kembang api, lewat spanduk raksasa bertuliskan “welcome to the hell” atau
pelesetan slogan Liverpool yang diubah pendukung Besiktas menjadi “Liverpool,
you’ll walk alone here” saat klub asal Inggris tersebut kembali ke Attaturk
stadium di ajang Liga Eropa 2014 lalu, menjadi pesan tersendiri bagi setiap
tamu yang datang bahwa tak ada ramah tamah di negara yang sempat bersitegang
dengan Rusia ini.
sumber: dailymail.co.uk |
Denyut nadi sepak bola Turki tak hanya dirasakan pada kompetisi dan fanatisme fansnya, tapi telah membangkitkan bibit muda bertalenta yang telah lama kita tunggu setelah masa emas Hakan Sukur, Rustu Rechber, dan Emre Bilozoglu. Kebintangan Arda Turan di Barcelona seolah merefleksikan gairah pemuda-pemuda Turki yang pantang menyerah untuk mengejar mimpi sepak bola mereka.
Semakin matangnya Arda Turan dan Nuri Sahin tak menutup
gerbang generasi baru bagi sepak bola negara yang dipimpin oleh Racip Tayyip
Erdogan ini. Kini kita telah melihat bahwa Turki memiliki bintang-bintang masa
depan yang siap menggebrak dunia dalam diri Hakan Calhanoglu, Emre Mor, dan Salih
Ucan yang akan menjadi perpaduan indah bersama Selcuk Inan, Burak Yilmaz,Mehmet
Topal, dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar