Hari ini, 20 juli 2013, dua tahun
lalu menjadi hari yang sangat bersejarah bagi fans Liverpool di seluruh
Indonesia. Bagaimana tidak, ketika itu club besar Inggris Liverpool FC
menginjakkan kakinya di tanah air untuk pertama kali sepanjang sejarah.
Menumpangi pesawat kebanggaan negara, Garuda Indonesia yang juga sponsor club,
Liverpool di terbangkan “sang garuda” dari bandara John Lennon ke Halim Perdana Kesuma, Jakarta.
![]() |
| seluruh pemain liverpool mendarat di bandara halim perdana kusuma |
Sebuah mimpi yang disambut meriah oleh para kopites seluruh tanah air yang ikut menjemput pasukan Brendan Rodgers di Halim Perdana Kusuma. Bandara yang biasa digunakan untuk menyambut tamu negara ini pada akhirnya menyala oleh kilauan “cahaya” merah khas Liverpool yang dibanjiri oleh pemujanya. bulan suci Ramadhan yang diikuti hawa panas ala tropis Asia Tenggara tak menghalangi kegilaan mereka yang setia menanti kedatangan Steven Gerrard cs. Pelataran bandara yang cukup besar pun tak mampu menampung ribuan fans yang memadati tiap sudut Halim Perdana Kesuma, terbatasnya permukaan tanah yang tersedia tak menghabiskan akal para supporter, bahkan mereka rela bergelantungan di pohon-pohon agar bisa melihat sang pahlawan dari dekat.
![]() |
| fans liverpool ketika menyambut para pemain di bandara halim perdana kusuma |
Sayangnya, saat itu saya tidak
ikut menjemput club yang saya banggakan ini. Namun, saya ikut hanyut melihat
saudara semerah yang hadir di sana. Tentu saya sangat iri melihat teman-teman yang berada di
bandara. Tapi tak apa lah, yang penting bisa melihat kedatangan pemain pujaan
walau dalam layar kaca. Saya semakin tenggelam dalam euforia ketika melihat
para pemain melewati fans yang seolah menjadi karpet merah bagi para
pahlawannya. Sambutan hangat, nyanyian khas club dari para pemujanya pun
disambut dengan senyum manis sang pahlawan sembari melambaikan tangan ke para si
pemuja. Melihat kejadian itu saya pun tak sabar menanti hari pertandingan untuk
melihat langsung pahlawan saya dari dekat. Tiket sudah di tangan, jersey sudah
rapi dan wangi, teropong pun siap untuk digunakan di hari itu.
![]() |
| bus yang membawa pemain liverpool disambut bak pahlawan oleh fans yang datang |
Keesokan harinya, saya beserta
pasangan ( saat itu ), dan adiknya langsung meluncur ke stadion Gelora Bung
Karno ( GBK ), bukan untuk menonton pertandingan, karena memang bukan saat itu
pertandingannya. kami hanya ingin melihat pemain-pemain idola berlatih
di Senayan sembari mencoba peruntungan agar bisa bertemu mereka secara langsung. Rencana awal kami bisa dikatakan sukses ketika berhasil melihat
para pemain latihan (walaupun tidak sempat mengantar mereka pulang ke hotel) tidak di dalam stadion memang, tapi setidaknya kami bisa memanfaatkan teropong
yang kami bawa dan membidik setiap pemain agar terasa lebih dekat.
Satu persatu pemain kami bidik, sekejap saya melihat Daniel Agger, pemain idola saya yang sekaligus membuat
mulut saya bergetar dan berteriak “wiiih Agger” yang seketika membuat pasangan
saya agak iri mendengarnya dan langsung merebut teropong yang sedang saya pakai
agar dia juga bisa melihat Daniel Agger, Agger adalah salah satu idola kami
berdua, selain sang kapten tentunya. Namun lebih dari itu, kami bisa bertemu
dengan para pendukung yang lain dari seluruh Indonesia, tidak terhitung bus
yang terparkir rapi untuk mengantar para
supporter dari seluruh pelosok negeri. Kami terkesima, terdiam tanpa kata melihat
banyaknya orang yang mengenakan “liverbird” di dada sambil ada yang berujar “
Liverpool latihan aja yang nonton rame banget, apalagi besok pas match
nya.“
Dan akhirnya hari pertandingan pun tiba, saya sudah semaleman
tidak bisa tidur karena tak mampu membayangkan apa yang akan terjadi di Senayan
nanti. Namun, hal lain yang tak kalah mengejutkan pun datang. Yap, hujan turun dengan kencang tepat disaat kami hendak berangkat ke stadion.
Untungnya saya dan pasangan saya ( ya, masih saat itu ) sudah mempersiapkan
semua hal yang tak diinginkan, termasuk jika hujan turun. Bermodalkan mantel,
hujan deras sore itu dengan perut kosong karena puasa pun tak menjadi penghalang tekad kami untuk segera ke stadion kebanggaan Indonesia. Genangan air dan amburadulnya lalu lintas
ibu kota ketika itu tak mampu menjatuhkan mental kami, malah itu semua menjadi saksi akan kegigihan dan totalitas kami
untuk Liverpool. Di sepanjang jalan, kami pun melihat cukup banyak fans
Liverpool yang bernasip sama. Hujan bukanlah suatu halangan yang bisa dijadikan
alasan, karena bagi kami semua, hujan tidak hujan, puasa tidak puasa,
sedongkol-dongkolnya kami dengan buruknya lalu lintas Jakarta, menyaksikan
pertandingan Liverpool secara langsung merupakan Fardhu a’in yang haram hukumnya jika tidak dikerjakan.
![]() |
| hujan tak mengurangi semangat fans liverpool untuk datang ke stadion |
Dan yang membuat kami lebih
bangga dengan Liverpool adalah, diantara 3 club Inggris yang datang ke tanah
air, hanya Liverpool yang datang tanpa promotor, sementara Chelsea dan Arsenal
di “temani” oleh promotor masing-masing yang menyokong kedatangan mereka ke
Indonesia. Saya tidak yakin club seperti Arsenal, terlebih-lebih lagi Chelsea
mau datang kesini jika tidak ada promotor yang mendanai mereka.
Kick off dimulai sekitar pukul 19.00, sementara kami tiba di stadion tepat sejam sebelum dimulai, dan tentu saja bersamaan dengan waktu berbuka
puasa. Jika di hari-hari sebelumnya, saat tibanya waktu berbuka saya langsung membatalkan puasa dengan memakan semua yang ada di depan
mata, hari itu beda cerita. Saya memang sangat amat lapar, tapi bukan lapar dengan
makanan, melainkan mata saya yang lapar karena tidak sabar ingin melihat
pemain idola bermain di “rumput” Indonesia, kebanggaan Indonesia, stadion
Gelora Bung Karno. Saya dan puluhan ribu fans lainnya mengacuhkan makanan yang
dijual di seantero Gelora, bagi kami sebotol minuman sudah cukup untuk
melepas rasa lelah seharian, tak masalah menunda rasa lapar seharian, karena
yang pasti kami tidak boleh meninggalkan sepersekian detik pun momen-momen
bersejarah di dalam stadion.
Badan yang basah dan sedikit
merasakan gatal di dalam karena kencangnya hujan yang menembus tebalnya mantel
dan baju yang saya pakai tak menghalangi keceriaan malam itu. “ bodo
amat lah ntar juga kering sendiri kalo liat Liverpool,“ gumam saya. Sebagai muslim, saya pun tak lupa menjalankan ibadah maghrib
dengan segenap kopites muslim lainnya, tak ada mushola di stadion, tapi ini tentu tak
menjadi soal karena banyak tempat yang bisa kami manfaatkan untuk mengucap dan
berserah diri pada tuhan. Lalu tiba pula saatnya kami memasuki stadion yang
berkapasitas lebih dari 85.000 penonton itu. Pertandingan belum di mulai,
bahkan pemain belum juga melakukan pemanasan, tapi fans dengan riuh
rendahnya sudah melantunkan chants-chants kebanggaan club seperti Fields of Anfield Road, Steve
Gerrard-gerrard, Luis Suarez, oh
Campione, oh When The Reds, dan tentu lagu wajib You’ll Never Walk Alone dan masih banyak
lagi.
Ketika para pemain memasuki
lapangan untuk menggelar pemanasan, kami pun bersorak-sorai menyambutnya, teriakan kami memang tidak di
dengar oleh para pemain karena memang jarang tribun dan lapangan yang cukup
jauh, tapi pemain menjawab teriakan kami dengan lambaian tangan sebagai
ucapan terima kasih. Steven Gerrard tak henti-hentinya bertepuk tangan melihat “kegilaan”
kami di stadion yang seketika kami sambut dengan chants
“steve
gerrard gerrard his pass the ball 40 yard his big and his fucking hard steve gerrard
gerrard.”
Saya dan pasangan saya (
lagi-lagi saat itu ) duduk di tribun belakang gawang ala tribun Stand Kop di
Anfield, tepatnya di sektor 5-7. Sadar dengan jarak lapangan dan stadion yang
cukup jauh, kami pun membawa teropong untuk melihat para pemain agar terasa
dekat, alat itu bukan milik kami tentunya melainkan milik teman yang cukup baik untuk meminjamkan pada kami berdua. Satu persatu pemain kami bidik dengan
seksama, dari sudut ke sudut, dari ujung ke ujung, dari yang jauh hingga yang paling dekat tanpa
ada yang terlewatkan dan tanpa terkecuali. Saya tidak terlalu sering
menggunakan teropong itu, pasangan saya yang lebih banyak memakainya,
dia memang lebih membutuhkan itu agar bisa mencintai Liverpool lebih dalam
lagi, dan lagi sampai ke sendi-sendinya. Dan benar saja, ia pun terdiam ketika
bidikannya “menemui” Steven Gerrard dan matanya pun tak bisa pindah ke sosok
lainnya, dia mengikuti langkah Gerrard kemana pun sang kapten berlari. Seketika
dia terpaku pada Stevie G dan seolah-olah melupakan pemain lainnya, dan
sejenak melinangkan air mata penuh bahagia ketika mata kapten Liverpool tersebut
menemui mata teropong dan melihat kearahnya.
Pertandingan antara Liverpool vs
Indonesia All Stars pun di mulai, dan seperti syarat sah pertandingan
Liverpool, GBK pun melantunkan lagu “kebangsaan”, You’ll Never Walk Alone.
Tanpa arahan dari panitia, dengan sendirinya kami semua terbawa ke Anfield saat
menyanyikan itu, jiwa saya bergetar, tak menyangka bisa bernyanyi dengan lebih
dari 80 ribu fans yang memerahkan GBK. Memakai jersey kebanggaan club
yang dilengkapi scarf Liverpool yang terbentang, saya benar-benar merasakan aroma Anfield di sana. Tidak ada suara
terompet di Senayan ketika itu yang memang menjadi ciri khas tersendiri
supporter Indonesia, BIGREDS selaku official supporter
Liverpool Indonesia melarang menggunakan alat itu. Alasannya jelas, agar kita
benar-benar berada di Anfield, dengan nyanyian dalam bentuk suara mulut, bukan
suara dari suatu alat.
![]() |
| kopites memberi dukungan luar biasa saat liverpool bertanding |
80 ribu Kopites yang memadati GBK
tentu tidak hanya mengharapkan Liverpool menang, tapi lebih dari itu.
Fans hanya ingin merasa lebih intim dengan pemainnya, bagi para fans kemenangan bukanlah segalanya karena Liverpool telah mengajarkan kami apa
arti penting keluarga dan apa itu loyalitas, pun begitu dengan fans yang telah
mengajarkan totalitas bagi club kesayangannya tersebut.
Hari itu Liverpool menang dengan
skor 2-0 melalui gol yang masing- masing di cetak oleh Coutinho dan Raheem
Sterling pada masing-masing babak. Philipe Coutinho membuka gemuruh GBK ketika
golnya di babak pertama membangkitkan penonton dari duduknya untuk merayakan gol
bersama sang pemain yang langsung menghampiri tribun stadion. Kegembiraan fans
pun ditutup lewat aksi Sterling di akhir babak kedua ketika ia berhasil
menuntaskan umpan manis Ousama Assaidi.
Pertandingan yang diawali dengan
You’ll Never Walk Alone ini akhirnya ditutup pula dengan lagu yang sama
sebagai pertanda berakhirnya pertandingan, sebagaimana biasanya terjadi dalam
setiap pertandingan Liverpool. tapi berakhirnya pertandingan Liverpool vs
Indonesia All Star tidak mangakhiri kehadiran fans yang tetap setia duduk manis
di tribun. Tidak ada satupun sudut GBK yang renggang saat pertandingan usai. Yang ada fans ikut maju kedepan untuk melihat pemainnya lebih dekat.
Kapten Steven Gerrard yang pada
awal babak kedua ditarik keluar memimpin pasukannya untuk melakukan “tawaf” dan
memberi ucapan terima kasih pada seluruh fans Liverpool di Indonesia. Uniknya,
saat pemain lain memakai sepatu dan atribut lengkap club, sang
kapten malah santai mengenakan sandal hotel. Tapi apa mau di kata, Gerrard
tetap lah Gerrard, dia tetap disambut Chants “Gerrard…Gerrard…Gerrard” oleh kopites
seantero GBK. Saat itu pula kami semua hanya mengaharapkan dua hal pada tuhan,
yaitu hentikan waktu disaat itu juga dan ulang kembali waktu yang sudah
berjalan agar kami bisa terus melihat pahlawan-pahlawan kebanggaan di depan
mata dan kepala.
Sudah dua tahun waktu itu
berlalu, namun tak ada pula memori yang saya lupakan. Dan sudah sepatutnya pula
tiap 20 Juli setiap tahunnya kami merayakan kehadiran Liverpool ke tanah air.
Sebagai fans sepak bola sejati kami akan selalu “mengampanyekan” slogan menolak lupa untuk hal yang satu ini,
kami pun seolah tak mengenal dengan istilah – yang sedang kekinian – Move On. Hari ini, 20 juli dua tahun lalu akan selalu membekas dalam benak, tak akan hilang dimakan zaman. setiap zaman berganti, setiap itu pula kami akan membagi cerita ini pada generasi setelah kami agar bisa abadi dalam setiap ingatan dan hati. kami sangat
menikmati dengan apa yang kami miliki, kami pun sangat mencintai
yang kami punya, yaitu Liverpool Football Club.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar